Tuesday, September 4, 2012

Ragu

apakah kau tau seperti apa rasanya, setelah diajak terbang tinggi lalu di jatohin gitu aja?

jari-jemariku tak kuasa bergetar hebat. bagaimana tidak? saat ini aku sedang berbicara dengannya, walalu hanya melalui media. ah tapi aku tak perduli, karena yang aku tahu, aku sangat senang. 
setelah hampir satu bulan aku tidak pernah mencoba menghubunginya lagi (setelah aku bertemu dengannya kembali), jemari ku yang tidak bisa diajak kompromi mulai mengetikkan salam sapaan untuknya. walau singkat, tapi rasanya berat. dan jantungku... tiba-tiba saja berdegup cepat. atas apa yang aku dapati, apakah dia akan merespon atau tidak?

tak lama kemudian pembicaraan itu dimulai. suatu pembicaraan singkat mengenai hal-hal biasa yang mungkin ku salah artikan. bagaimanapun aku menyukai Al sejak dulu. dan setelah kupikir apa perasaanku sudah berubah, mengingat tanganku yang gemetar dan jantungku yang berpacu lebih cepat dari biasanya? aku tidak mau memikirkannya, tapi nyatanya, perasaan itu masih tidak bisa ku hindari. yang membuatku terjebak dalam keraguan.

suatu respon balik darinya adalah sebuah harapan untukku.
tawanya, adalah kesenangan tersindiri bagiku. dan aku berharap aku bisa membuatnya tertawa, dengan caraku. 

tapi....
setelah malam itu lebih tepatnya pembicaraan itu, kau tau dia mengacuhkanku. orang itu.... bisa berubah dalam waktu 24 jam. pantaskah aku menyebutnya pemberi harapan palsu?
tidak. aku tidak ingin memberinya julukan itu. walau hatiku terasa nyeri, bahkan sakit sekali, tapi bisa ku pastikan jika saja aku melihatnya, rasa benci itu bisa lenyap entah kemana. 

kini, aku ingin fokus pada hidupku, tanpa melibatkan tentang dia jika aku bisa. aku akan berusaha. 
karna aku ingin, jika memang bisa bersama orang itu, terjalin dengan cara yang natural-dan aku impikan-

tiga tahun perasaanku atau mungkin hanya obsesi, ternyata perasaannya belum berubah? 
entahlah aku tidak tahu.

Tuhan, jika hatinya tidak bisa berubah, kumohon agar hatiku yang berubah.

No comments:

Post a Comment