sebenernya cerita ini udah lama gue buatnya. cerita ini terinspirasi dari (gue) sebagai salah satu penggemar akun @------- di twitter. akun ini punya banyak fans dan kata2nya bikin klepek. terus cerita ini nganggur gitu aja di kompi -nasip tak kunjung di muat-
so, gue post disini aja. hope you like it guys :")
CHERRS,
Wilda
Jika ada hal yang
membuatku senyam-senyum sendiri yaitu dikarenakan satu hal, tweet-nya Pangeran Twitterku. Tweet
romantis yang selalu ia ungkapkan tentang senyuman. Ah, pangeran twitterku
selalu menghargai perempuan. Bisa aku lihat dari bahasa tweet-nya. Sayangnya bukan hanya aku yang kagum padanya.
Aku bersaing dengan ribuan followers si
Pangeran Twitter yang didominasi oleh kaum hawa. Jika kau tak percaya padaku,
kau cukup menjadi stalker-nya. Dan
aku tau kau akan terkagum-kagum sendiri pada dirimu setelah membaca tweet-nya.
Tapi maaf kawan, aku tidak akan memberti tahumu apa nama akun Pangeran
Twitterku, karena itu sama saja aku menambah sainganku sendiri.
Aku mengambil ponselku disaku kemeja
seragamku. Pengen twitteran. Beberapa
detik setelah kukoneksikan ke situs twitter,
tak lama timeline memenuhi layar
ponselku. Jari jempolku terus bergerak kebawah. Tak disangka, dia muncul di timelineku pas saat aku sedang online
juga. haha mungkin saja kami berjodoh. Sepertinya rasa kagum ku atau mungkin
kecanduan terhadap dunia maya yang begitu besar membuatku ngawur seperti ini.
Jelas saja, Pangeran Twitter plus segala tweet romantisnya hanya ada dalam
dunia maya. Dan aku, di dunia nyata. Tapi, kadang aku penasaran seperti apa
rupa Pangeran Twitterku dalam dunia nyata. Apakah aku juga akan kagum padanya?
Entahlah. Yang aku tahu sekarang tweet
Pangeran Twitter bisa menjadi moodbooster
bagiku.
Kulirik Kenanth, sahabat ku sedang
asyik memainkan smartphonenya. Aku
sedikit penasaran dia sedang apa. “ngapain lu ngintip-ngintip?” ucapnya sambil
menjauhkan tubuh berserta ponselnya dariku. “sensi banget sih lu, sok sibuk
sama hape. Twitter aja lu nggak punya” cibirku sinis. Nggak bisa apa dia
berlaku manis seperti Pangeran Twitter. Jadi sahabat bikin aku senyum kek, ini
bikin kesal terus. Ku moyongkan bibirku. Ku akui sahabat laki-laki ku ini memang
tampan. Banyak para gadis yang mengejarnya dan menghujani ku dengan berbagai
pertanyaan yang sudah bosan kudengar. Kok
Kenanth bisa dingin banget sih, tapi sama kamu nggak? Pin-nya Kenanth bagi
dong? Twitternya Kenanth apa? Kenanth nggak punya Twitter. Jawabku malas
saat Bia menanyai twitter Kenanth
tempo hari. “emang kenapa kalo gua nggak
punya twitter?”
“ya nggak pa-pa
juga sih, tapi kan gua bosen kalo ada yang nanya-nanya twitter lu mulu. Kenapa
lu nggak bikin aja sih? Bermurah hati sedikitlah sama cewek-cewek itu”
Kenanth Cuma
mengangkat bahu tidak perduli. Sudahlah terserah dia. “Ken dia ngetweet! Baca
deh... ah gua mau terbang dulu”
Senyumnya indah gitu, disimpen-simpen. Tenang aja, senyum
lo Cuma lo yang punya.
Aku tersenyum.
Terhipnotis. Kenanth mengembalikan
hapeku dan menyerahkan hapenya. Aku menatapnya bertanya. “titip dulu Ghea, gua
mau ke toilet” Kenanth pun berlalu tanpa
kata apapun lagi.
Mungkin Pangeran Twitter itu
sebenernya cowok kan ya? Terkadang aku masih bertanya-tanya dalam hati. Habis,
kata-katanya itu sangat ‘mengerti cewek’. Lagi pula aku memberi gelar untuknya
‘Pangeran Twitter’ yang kehadirannya kunikmati di hati, fikiran dan di awang-awang. Kok Kenanth lama banget
sih?
Bosen dengan hapeku, iseng aku
membuka hape Kenanth. Kalo dia marah, kasih senyuman paling maut aja deh.
Seperti kata pangeran twitter, sebuah senyum yang tulus, bisa membahagiakan
orang yang melihatnya.
Apa
aku salah liat? Twitter.. ini twitternya.. nggak mungkin tapi? Kenanth nggak
punya twitter. Tapi ini jelas-jelas... Aaaah, kenapa aku jadi nggak jelas gini.
Kau mau tahu apa yang aku temukan? Akun
twitter Pangeran Twitterku dalam hape Kenanth. Kalo ditarik kesimpulan...
berarti selama ini...
Satu
tepukan pelan di punggungku membuatku menoleh “Kenanth ini..” mendadak lidahku
kelu. Well, siapa yang nggak kaget
jika kau jadi aku?
“Twitter?”
kenanth mengambil hapenya dari tanganku lalu menyodorkan layar hapenya persis
depan wajahku. Menunjukkan akun berserta tweetnya
secara jelas.
“gua
punya twitter kok Ghe, yang sering lu puja-puja itu” tawa renyah terdengar
darinya. Wajahku memanas, pipiku... jangan tanya bagaimana keadaanku. Sudah
pasti maluuuu sekali. Aku frontal sekali memuja tweetnya pangeran twitter, tempo
hari aku pernah bilang gini ke Kenanth, “ contoh dia Ken, dengan tweetnya aja
bikin cewek klepek-klepek karena merasa dirinya berarti” pantas waktu itu
Kenanth hanya tersenyum penuh arti. Dan aku baru tahu arti dari senyum itu
sekarang. Sial.
Tuhan,
berarti selama ini Pangeran Twitter ku itu –dia-?
“elo..?”
“Pangeran
Twitter” Kenanth nyengir lebar. Aku? Ingin ambruk.
No comments:
Post a Comment